Anak-anak zaman sekarang tak asing lagi dengan gadget dan
teknologi. Marc Prensky—pakar pendidikan lulusan Universitas Harvard dan Yale
dari Amerika, yang juga penulis buku Digital Game-Based Learning, menyebut
anak-anak berusia 14 tahun ke bawah sebagai ”digital natives”—alias ”penduduk
asli” yang menghuni dunia digital ini.
Tinggal sebut saja, entah itu komputer PC, komputer tablet, play station, sampai beraneka jenis smartphone yang dimiliki orangtua di rumah, pasti sudah ”khatam” diutak-atik oleh si praremaja. Untuk apa lagi kalau bukan untuk menjajal beraneka macam game seru yang tersedia online, baik yang bisa diunduh gratis maupun yang berbayar.
Hanya, menurut penelitian yang pernah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics—yang antara lain dilakukan di Seattle Children’s Research Institute (2011), Iowa State University (2010), dan Stanford University School of Medicine (2009), kebanyakan main game bisa mengganggu proses tumbuh kembang anak, antara lain berupa:
Masalah sosialisasi.
Tinggal sebut saja, entah itu komputer PC, komputer tablet, play station, sampai beraneka jenis smartphone yang dimiliki orangtua di rumah, pasti sudah ”khatam” diutak-atik oleh si praremaja. Untuk apa lagi kalau bukan untuk menjajal beraneka macam game seru yang tersedia online, baik yang bisa diunduh gratis maupun yang berbayar.
Hanya, menurut penelitian yang pernah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics—yang antara lain dilakukan di Seattle Children’s Research Institute (2011), Iowa State University (2010), dan Stanford University School of Medicine (2009), kebanyakan main game bisa mengganggu proses tumbuh kembang anak, antara lain berupa:
Masalah sosialisasi.
Berhubung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain
dengan mesin (bukan manusia), si praremaja bisa merasa canggung dan kurang
nyaman kala datang kesempatan untuk bergaul dengan temannya.
Masalah komunikasi.
Masalah komunikasi.
Kegiatan berkomunikasi bukan sebatas berbicara dan
mendengarkan kalimat yang terucap, tetapi juga membaca ekspresi lawan bicara.
Anak yang kurang sering bersosialisasi biasanya kesulitan melakukan hal ini.
Mengikis empati.
Mengikis empati.
Seringkali anak menyukai jenis game yang melibatkan
kekerasan, seperti perang-perangan, martial art, dan sebagainya. Efek samping
dari memainkan jenis game ini adalah terpicunya agresivitas anak dan
terkikisnya empati si kecil terhadap orang lain.
Gangguan motorik.
Gangguan motorik.
Tubuh yang kurang aktif bergerak akan mengurangi
kesempatan anak untuk melatih kemampuan motoriknya. Risikonya, anak bisa
terserang obesitas dan pertumbuhan tinggi badannya tidak maksimal.
Gangguan kesehatan.
Gangguan kesehatan.
Menatap layar video games secara konstan dalam waktu lama
bisa mencetus serangan sakit kepala, nyeri leher, gangguan tidur, dan gangguan
penglihatan. (*)
Komentar
Posting Komentar