Langsung ke konten utama

Manusia dan Harapan yang bersifat Das Sein dan Das Sollen - ISBD

BAB I
PENDAHULUAN
A.                LATAR BELAKANG
         Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
         Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka manusia harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan merupakan bagian dari hidup manusia selama di dunia karena setiap manusia mempunyai harapan dan kepercayaan kepada Allah SWT.
B.                 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari Manusia itu ?
2.      Apa pengertian dari Harapan itu ?
3.      Apa pengertian Das sein dan Das sollen ?
4.      Bagaimana hubungan antara manusia dan harapan ?
C.                TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Mengetahui pengertian dari Manusia
2.      Mengetahui pengertian dari Harapan
3.      Mengetahui pengertian Das sein dan Das sollen
4.      Mengetahui hubungan antara manusia dan harapan


BAB II
PEMBAHASAN
A.                PENGERTIAN MANUSIA
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realita, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.[1]
MenurutNicolaus D. dan A. Sudiarja, Manusiaadalahbhinneka, tetapitetaptunggal.Bhinnekakarenaiaadalahjasmanidanrohaniakantetapitunggalkarenajasmanidanrohaniadalahsatubarang.[2]
MenurutAbineno J. I, Manusiaadalah “tubuh yang berjiwa” danbukan “jiwaabadi yang beradaatau yang terbungkusdalamtubuh yang fana”.Dan menurut I WayanWatra, Manusiaadalahmakhluk yang dinamisdengantriasdinamikanyayaitucipta, karyadankarsa.[3]
Paula J. C dan Janet W. K, Mengemukakanmanusiaadalahmakhlukterbuka, bebasmemilihmaknadalamsituasi, mengembantanggungjawabataskeputusan yang hidupsecarakontinusertaturutmenyusunpolaberhubungandanunggulmultidimensidenganberbagaikemungkinan.[4]
Menurut Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syabany, Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT.[5] Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.[6]
B.                PENGERTIAN HARAPAN
Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Allah SWT.
Menurut macamnya harapan ada dua yakni , harapan yang optimis dan harapan pesimis. Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memeberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang terjadi akan muncul. Dalam harapan yang pesimistis ada tanda-tanda harapan yang tidak akan terjadi.[7]
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdoa.
         Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat buruk pada diri sendiri.[8]
         Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal pikiran negatif atau berpikir pesimis.
C.           MANUSIA DAN HARAPAN


         Dalam mencapai harapannya, manusia memiliki dorongan-dorongan (drive) yang kuat, terutama karena memiliki dua macam kebutuhan yang mutlak, yaitu kebutuhan material,untuk memnuhi kebutuhan jasmaniah dan kebutuhan spiritual, untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Kebutuhan material,untukjasmanimerupakankebutuhanfisiologi, misalnyakebutuhanmakan,minum,tempattinggal, danpakaian. Sebagaimakhluksusila yang dapatdirumuskansebagaisandang-pangan-papan.Sedangkankebutuhan spiritualuntukrohanimerupakankebutuhanfisiologi, misalnya rasa amandalamkehidupan, ingindikenal (dihargai), inginmemperolehtanggapandari orang lain, daninginmemperolehpengalamanataupengetahuanbaru, sertaaktualisasi.[9]
         Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Harapan apa yang baik
  2. Bagaimana cara mencapai harapan itu
  3. Bagaiman bila harapan tidak tercapai
         Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan terwujud.[10]
D.                DAS SEIN danDAS SOLLEN
            PengertianDas Sein berarti keadaan yang sebenarnya pada waktu sekarang, sedangkan das Sollen berarti apa yang dicita-citakan, apa yang harus ada nanti, atau untuk singkatnya arti dari keduanya adalah "yang ada dan yang seharusnya". Keduanya diambil dari bahasa Jerman.
Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya diatur oleh das sollen dan mogen. Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi.
Merokok merupakan peristiwa konkrit (das sein) tetapi bila orang merokok di dekat pom bensin dan terjadi ledakan akibat orang yang merokok tersebut, maka merokok menjadi peristiwa hukum yang dapat menyebabkan perokok tersebut dihukum.
Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap. Contoh : dunia norma, dunia kaidah dsb. Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan.
Peristiwa konkrit (das sein) memerlukan das sollen untuk menjadi peristiwa hukum. Begitu pula sebaliknya, dunia norma (das sollen) juga memerlukan peristiwa konkrit (das sein) untuk menjadi peristiwa hukum. Contoh: terdapat aturan "barangsiapa membunuh harus dihukum…", maka bila tidak terjadi pembunuhan maka tidak berlaku pula aturan ini. Sehingga kami mempunyai kesimpulan umum bahwa das sollen dan das sein itu saling melengkapi satu sama lain.[11]
E.            HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DAN HARAPAN
         Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
         Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu : dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.      Dorongan Kodrat
         Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis, bergembira, berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan dan harapan[12].
          Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan.
2.      Dorongan Kebutuhan Hidup
         Sudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan rumah. Sedangkan kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan, hiburan dan ketenangan.[13]
         Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.  
         Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia, yaitu :[14]
  1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
  2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
  3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love)
  4. Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
  5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)


BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Dari uraian materi diatas, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.      Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realita, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
2.      Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang.
3.      Das Sein berarti keadaan yang sebenarnya pada waktu sekarang.
4.      Das Sollen berarti apa yang dicita-citakan, apa yang harus ada nanti
B.   SARAN
Dalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh menyerah untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat hidup kita menjadi berarti di dunia ini, yang terus memberikan dorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan.
          Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaan kepada Allah SWT, yaitu dengan berusaha dan berdo’a yang seimbang. Dan diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk mempersiapkan mental kita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga tidak membuat kita putus asa untuk selalu terus mecoba. 


DAFTAR PUSTAKA
Widyo Nugroho . Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas  Gunadarma
Suyadi M.P.Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar . Depdikbud U.T. 1984-1985.
Muhammad . Abdulkadir . 2005 . Ilmu Sosial Budaya Dasar .Bandung : PT.Citra Aditya Bakti
Sulaiman . Munandar .1990 . Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT.ERESCO
Supartono W . 2004.IlmuBudayaDasar .Bogor : Ghalia Indonesia
Boere.C.george.2006.DasarDasarPsikologiSosial.Jogjakarta:AR-RUZZ media
http://kamelia11.wordpress.com



[1] Abdulkadir Muhammad,Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,2005),hal 57
[2]Diaksespada 17-13-14, http://kamelia11.wordpress.com
[3]Ibid.                                                                                           
[4]Ibid.
[5]Ibid
[6]Abdulkadir, Op. Cit,hal 58
[7]M.MunandarSulaiman,ILMU BUDAYA DASAR, (Bandung:PT ERESCO,1990),hal82
[8]Ibid,hal83
[9]Supartono W, MM., IlmuBudayaDasar,(Bogor:Ghalia Indonesia,2004),hal179
[10]Ibid,hal 180
[11]Widyo Nugroho, Achmad Muchji, Ilmu Budaya Dasar, ( Jakarta: UniversitasGunadarma, 1996)hal156
[12]Drs. Suyadi M.P, Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, (Depdikbud U.T. 1984-1985), hal115.
[13]Ibid,hal 116
[14]DR.C.georgeBoere, DASAR DASAR PSIKOLOGI SOSIAL,(Jogjakarta: AR-RUZZ media,2006), hal 133

Komentar

Postingan populer dari blog ini

movie review : HAFALAN SHALAT DELISA

Genre : Drama Producer: Chand Parwez Servia Directed by : Sony Gaokasak Author manuscript : Armantono Company movie : Starvision ( The story lifted from the novel with the title " Hafalan shalat Delisa" by Tere Liye . ) movie review : HAFALAN SHALAT DELISA BY : TERE LIYE Seven year anniversary of the tsunami disaster in Aceh on December 26, 2004, a family drama set in the back of one of the greatest tragedies of mankind nature has ever experienced was released in theaters many places in Indonesia. Titled memorize prayers Delisa, a novel titled the same as the work of Tere Liye. The story of the efforts of a child who survived the tsunami to continue his life, memorizing prayers Delisa recognized to have some moments that can make the audience were shocked and sympathize with all the trials through which the characters present in the story of this film.

Apa itu Rebana Al-Banjari ??

Rebana yakni sebuah alat yang terbuat dari kulit lembu menyerupai bedug pada masjid , namun berukuran kecil , sehingga cara memainkannya pun dengan di bawa oleh tangan kiri , dan di mainkan dengan tangan kanan . Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang , permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang . Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi , dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama . (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Rebana ) Saya mengenal rebana pertama kali saat bersekolah di bangku Sekolah Dasar , saat itu di tempat mengajiku aku pertama kali menerima rumusan-rumusan rebana , DTT DDDT TD TT .. :D lucu saat aku pertama kali mendengarnya ...