Langsung ke konten utama

The best Teacher



“pengalaman adalah guru terbaik, sedangkan guru yang baik dibentuk dari pengalaman...”
Semangat merupakan modal awal seorang pelajar untuk menimba pengalaman sebanyak-banyaknya, melukis cerita untuk meraih cita-citanya. Kesempatan  tak akan datang untuk kedua kalinya, namun untuk kali keduanya segala sesuatu harus benar-benar di rencakan dan di fikirkan matang-matang. Kewajiban dari seorang pelajar adalah belajar dimanapun dan kapanpun dengan cara dan proses yang baik. Sedangkan tugas seorang pelajar, adalah mengamalkan dan menerapkan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari-harinya.

Berawal dari sebuah kegiatan, aku seorang pelajar yang masih butuh banyak belajar bertekad dengan semangat untuk merubah arah pengalaman belajarku. Dengan hanya belajar di bangku kuliah, bagiku cukup untuk menggugurkan kewajibanku, namun tugasku ? kurasa belum. Ternyata masih banyak tugasku yang belum ku sentuh.
Masih teringat sebuah pesan dari guruku “ngamalno lan nerapno ilmu iku sitik-sitik, opo wae sing uwes dioleh, iku langsung amalno, iso karo kegiatan harian, ngajar, lan iso uga crita nang kanca, iku zakate ilmu gawe ngikat”. Berawal di Wardatul Ishlah lah, aku mulai belajar dari pengalaman serta menerapkan ucapan seorang guruku tadi. Disana kutemui banyak kawan relawan pengajar yang tulus mengajar, yang justru notabene nya dengan latar belakang yang berebeda-beda dan mungkin bukan lingkup mereka untuk mengajar. Namun, mereka bisa bahkan lebih baik daripada aku. Itu karena pengalaman mereka yang lebih lama.
Kiranya, pertama kali aku memberi salam dan dijawab oleh puluhan santri kecil yang sangat ceria itu. Senang rasanya di iringi degup jantung yang kencang dalam dadaku. Tak banyak ucapku, masih kutirukan gaya mengajar dari pengajar sebelumnya. Dalam pembelajaran, aku memang kurang kreatif dalam mengolah desain pembelajaran. Dengan mencontoh dan sedikit meniru, aku mencoba membuat sebuah kartu berisi gambar hewan dengan bentuk mirip huruf hijaiyah. Berbekal itu aku mulai mengikuti jejak pengajar lainnya. Namun, kutemui kendala berikutnya, yakni gaya penyampaianku, disinilah diri ini dituntut memiliki gaya bahasa yang luwes dan mudah diterima oleh anak-anak. Semua membutuhkan proses, belajar dan mencoba.
Pengajar rasa mahasiswa, mungkin hal itu berat bagi yang belum mau memulainya untuk mencoba. Nyatanya, keluarga pengajar di wardatul ishlah mampu. Belajar bersama setelah pembelajaran usai hingga mengisi hari libur sangat menyiksakan hati, hal ini berat dirasa bagi seorang mahasiswa. Teringat lagi, kita adalah seorang pengajar meski rasa mahasiswa. Apapun kondisi seorang mahasiswa, kita harus tetap menjadi pengajar yang berusaha menjadi professional. Yang tak pernah terlupa, adalah usaha kreativitas yang tanpa batas, membuat senyum-seyum tulus dari wajah mungil santri-santri terus merekah.
Keluarga ku wardatul ishlah, yang saling menegur bila aku banyak salah. Selalu mendorong bila semangatku sempoyong.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

movie review : HAFALAN SHALAT DELISA

Genre : Drama Producer: Chand Parwez Servia Directed by : Sony Gaokasak Author manuscript : Armantono Company movie : Starvision ( The story lifted from the novel with the title " Hafalan shalat Delisa" by Tere Liye . ) movie review : HAFALAN SHALAT DELISA BY : TERE LIYE Seven year anniversary of the tsunami disaster in Aceh on December 26, 2004, a family drama set in the back of one of the greatest tragedies of mankind nature has ever experienced was released in theaters many places in Indonesia. Titled memorize prayers Delisa, a novel titled the same as the work of Tere Liye. The story of the efforts of a child who survived the tsunami to continue his life, memorizing prayers Delisa recognized to have some moments that can make the audience were shocked and sympathize with all the trials through which the characters present in the story of this film.

Ibu, Engkau Rembulan

Ibu itu bagai rembulan sebelum fajar tiba kau selalu ada meski ku simpan di relung hatiku terdalam .....

Apa itu Rebana Al-Banjari ??

Rebana yakni sebuah alat yang terbuat dari kulit lembu menyerupai bedug pada masjid , namun berukuran kecil , sehingga cara memainkannya pun dengan di bawa oleh tangan kiri , dan di mainkan dengan tangan kanan . Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang , permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang . Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi , dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama . (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Rebana ) Saya mengenal rebana pertama kali saat bersekolah di bangku Sekolah Dasar , saat itu di tempat mengajiku aku pertama kali menerima rumusan-rumusan rebana , DTT DDDT TD TT .. :D lucu saat aku pertama kali mendengarnya ...