Langsung ke konten utama

Pelajar UIN Malang Bedah Buku 'Ayo Mondok Biar Keren' - Lintas Jatim

Pelajar UIN Malang Bedah Buku 'Ayo Mondok Biar Keren' - Lintas Jatim
Acara Bedah Buku
lintasjatim.com, MALANG - Dalam rangka memperingati hari ulang tahun Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) ke-62 dan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) ke-61, Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi IPNU IPPNU UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengadakan bedah buku yang berjudul “Ayo Mondok Biar Keren!!” yang ditulis oleh H. R. Umar Faruq, Minggu (27/3/2016). 
Bedah buku yang berlangsung di Gedung C Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim itu dihadiri oleh ratusan peserta yang terdiri dari mahasiswa dan santri. Mereka semua berasal dari berbagai daerah Kota Malang bahkan dari luar Malang pun hadir memenuhi ruangan. Selain Penulis, hadir pula Abdul Makki Dosen Humaniora UIN Malang sebagai pembanding. 
Buku 'Ayo Mondok Biar Keren!'
Buku yang sudah terbit tiga cetakan ini menjelaskan secara detail bagaimana potret Pesantren yang sebenarnya, mulai dari metode pembelajaran ala pesantren klasik, modern, hingga peran pesantren dalam pembentukan karakter santri. Tidak hanya itu, sumbangsih pesantren terhadap penguatan Bangsa Indonesia juga terpapar dengan jelas. 
“Melalui Buku ini kita bisa menjadi tahu sedikit banyak tentang kehidupan dipesantren serta mengubah pola pikir kita, dimana pola pembelajaran yang ada di pondok pesantren tidak monoton klasik tetapi banyak pula yang modern dan juga bervariasi sesuai dengan model pesantren yang dikembangkan sekarang,” jelas H. R. Umar Faruq, penulis buku ditengah-tengah presentasinya. 
Santri asli Bangkalan Madura dan alumni Pesantren Darul Ubudiyah Raudlatul Mutaallimin Surabaya ini ini juga banyak menceritakan pengalaman selama di pesantren. Pria yang kini menetap di Lamongan tersebut merasa banyak mendapat manfaat selama di pondok. Ia meyakini kelancaran karirnya berkat ilmu pesantren.
Sementara itu, Faris salah satu panitia pelaksana mengungkapkan, dengan adanya bedah buku tentang pesantren dapat menumbuhkan kecintaan terhadap pesantren yang telah terbukti mewarnai pemerintahan Bangsa Indonesia. 
“Semoga dengan adanya acara Bedah Buku ini bisa memberi manfaat serta menambah inspirasi generasi muda bangsa ini agar kedepan pranata kehidupan Bangsa dan Negara menjadi lebih baik dengan banyaknya kaum santri yang mewarnai pemerintahan Bangsa Indonesia,” ungkap Faris yang juga menjabat wakil Ketua PK. PT. UIN Malang.
“Acara yang dimulai dengan Sholawatan Banjari dari PKPT UIN Maliki ini merupakan ajang mediasi serta pengenalan kehidupan pesantren kepada para Mahasiswa agar selain kita meningkatkan Ilmu Pengetahuan di Kampus juga harus ditunjang dengan Ilmu Agama,” pungkas Ulin selaku Ketua Pelaksana. (Al_27)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Rebana Al-Banjari ??

Rebana yakni sebuah alat yang terbuat dari kulit lembu menyerupai bedug pada masjid , namun berukuran kecil , sehingga cara memainkannya pun dengan di bawa oleh tangan kiri , dan di mainkan dengan tangan kanan . Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang , permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang . Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi , dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama . (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Rebana ) Saya mengenal rebana pertama kali saat bersekolah di bangku Sekolah Dasar , saat itu di tempat mengajiku aku pertama kali menerima rumusan-rumusan rebana , DTT DDDT TD TT .. :D lucu saat aku pertama kali mendengarnya ...

movie review : HAFALAN SHALAT DELISA

Genre : Drama Producer: Chand Parwez Servia Directed by : Sony Gaokasak Author manuscript : Armantono Company movie : Starvision ( The story lifted from the novel with the title " Hafalan shalat Delisa" by Tere Liye . ) movie review : HAFALAN SHALAT DELISA BY : TERE LIYE Seven year anniversary of the tsunami disaster in Aceh on December 26, 2004, a family drama set in the back of one of the greatest tragedies of mankind nature has ever experienced was released in theaters many places in Indonesia. Titled memorize prayers Delisa, a novel titled the same as the work of Tere Liye. The story of the efforts of a child who survived the tsunami to continue his life, memorizing prayers Delisa recognized to have some moments that can make the audience were shocked and sympathize with all the trials through which the characters present in the story of this film.

WHY ARE NOT

Saat kau menangis karna sedih satu-satunya yang bisa menangis bersama denganmu bahkan saat semua orang di dunia ini berpaling darimu satu-satunya yang bisa menggenggam tanganmu kapanpun kau panggil, satu-satunya yang berlari padamu mengapa kau tidak tau bahwa orang itu adalah aku? tidak bisakah aku menjadi satu-satunya, benarkah tidak bisa aku menjadi satu-satunya aku akan membuatmu tersenyum setiap hari satu-satunya yang akan memperhatikanmu hingga usai tidak bisakah orang itu.. aku Saat kau sakit karena luka Satu-satunya yang bisa memeluk dirimu Saat tidak ada yang mempedulikanmu Satu-satunya orang yang bisa melihatmu Selalu gembira meskipun kehilangan, demi dirimu mengapa kau tidak tau bahwa orang itu adalah aku? tidak bisakah aku menjadi satu-satunya, benarkah tidak bisa aku menjadi satu-satunya aku akan membuatmu tersenyum setiap hari satu-satunya yang akan memperhatikanmu hingga usai tidak bisakah orang itu.....