Langsung ke konten utama

Yakinkan aku


Aku butuh yakin
Merintangi pekat , butakan pandang
Tak peduli sesaat

Aku butuh yakin
Mengecap racun, meregang nyawa
Tak hiraukan penat

Aku butuh yakin
Menerjang galau,terombang-ambing
Tak hiraukan penat
Asalkan kau ada dalam cinta
Meski ruang dan waktu coba beri sekat pada raga
Meski hela nafas dan darah
Mengartikan perbedaan kita

Asalkan kita percaya ini cinta
Tak ada lagi abstrak dan konkrit
Sebagai penghalang untuk
Berjuang, berkorban, dan bertahan
Namun akankah kau jadi keyakinan cinta ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Rebana Al-Banjari ??

Rebana yakni sebuah alat yang terbuat dari kulit lembu menyerupai bedug pada masjid , namun berukuran kecil , sehingga cara memainkannya pun dengan di bawa oleh tangan kiri , dan di mainkan dengan tangan kanan . Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang , permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang . Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi , dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama . (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Rebana ) Saya mengenal rebana pertama kali saat bersekolah di bangku Sekolah Dasar , saat itu di tempat mengajiku aku pertama kali menerima rumusan-rumusan rebana , DTT DDDT TD TT .. :D lucu saat aku pertama kali mendengarnya ...

movie review : HAFALAN SHALAT DELISA

Genre : Drama Producer: Chand Parwez Servia Directed by : Sony Gaokasak Author manuscript : Armantono Company movie : Starvision ( The story lifted from the novel with the title " Hafalan shalat Delisa" by Tere Liye . ) movie review : HAFALAN SHALAT DELISA BY : TERE LIYE Seven year anniversary of the tsunami disaster in Aceh on December 26, 2004, a family drama set in the back of one of the greatest tragedies of mankind nature has ever experienced was released in theaters many places in Indonesia. Titled memorize prayers Delisa, a novel titled the same as the work of Tere Liye. The story of the efforts of a child who survived the tsunami to continue his life, memorizing prayers Delisa recognized to have some moments that can make the audience were shocked and sympathize with all the trials through which the characters present in the story of this film.

WHY ARE NOT

Saat kau menangis karna sedih satu-satunya yang bisa menangis bersama denganmu bahkan saat semua orang di dunia ini berpaling darimu satu-satunya yang bisa menggenggam tanganmu kapanpun kau panggil, satu-satunya yang berlari padamu mengapa kau tidak tau bahwa orang itu adalah aku? tidak bisakah aku menjadi satu-satunya, benarkah tidak bisa aku menjadi satu-satunya aku akan membuatmu tersenyum setiap hari satu-satunya yang akan memperhatikanmu hingga usai tidak bisakah orang itu.. aku Saat kau sakit karena luka Satu-satunya yang bisa memeluk dirimu Saat tidak ada yang mempedulikanmu Satu-satunya orang yang bisa melihatmu Selalu gembira meskipun kehilangan, demi dirimu mengapa kau tidak tau bahwa orang itu adalah aku? tidak bisakah aku menjadi satu-satunya, benarkah tidak bisa aku menjadi satu-satunya aku akan membuatmu tersenyum setiap hari satu-satunya yang akan memperhatikanmu hingga usai tidak bisakah orang itu.....